Rencana mau menganti CDI untuk Satria FU kesayangan dengan yang aftermarket. Cari Merek yang cocok dan bagus dan tentunya murah harganya. Akhirnya nemu link yang menjelaskan CDI alias sumber pengapian di Busi untu Satria f150. Berikut ini ringkasannya siapa. tahu berguna bagi anda semua.: Sumber dari http://fatonikhotim.wordpress.com/2008/07/02/tes-cdi-aftermarket-suzuki-satria-fu-150/ dikutip dari tabloid otomotif.
Di pasaran banyak CDI pendongkrak performa Suzuki Satria FU-150. Namun di semua merk CDI yang ada, belum tentu berpihak pada akselerasi yang mumpuni. Tentu hal in juga dipengaruhi racikan yang pastinya bereda satu sama lain.
Untuk membuktikan hal itu, pengetesan dilakukan untuk menghitung akselerasi dan maksimalitas konsumsi BBM. Tapi sebelum dites, sebaiknya kenalan dulu dengan ketiga sosok CDI racing yang bakal dites, yakni BRT hyperbrand, XP 202 dan shan speed berikut ulasannya.
BRT Hyperbrand
Bikinan PT Trimentari Niaga ini bekerja dengan range gelombang yang luas dari puritan rpm rendah ke putaran tinggi. Dengan mengandalkan chip mikroprosesor Philips-Belanda, peranti pengapian ini diklaim bisa memangkas akselerasi, meningkatkan horse power hingga 20% dan menghemat BBM.
XP 202
Modul pengapian from ciomas mengedepankan teknologi LCCM ( Low Current Consumption Module Technology) sehingga arus listrik yang dibutuhkan lebih kecil, alhasil temperature CDI enggal terlalu panas dan stabil di kitiran rpm tinggi.
Shan Speed
Ini bikinan lokal juga. Namun dari pengalaman empiris 7 rekan, semua mengatakan CDI ini punya setingan kurva yang pas. Inl itu mereka rasakan lewat tarikan atas-bawah dan holangnya suara nembak-nembak saat deselarasi . makanya alat ini diikutkan dalam tes kali ini.
Tes Akselerasi
Untuk mengetahui hasil akselerasi, kami lakukakn tes jalan pakai vericom VC2000. Pengetesan dilakukan dengan menempuh distance atau jarak 201 meter yang dibejek maksimal hingga didapat waktu tempuh untuk jarak tersebut.
Dari hasi tes CDI standar mencatat waktu lebih baik dari ketiga produk rujukan untuk satria FU-150. Hal ini disebabkan rasio kompresi yang tergolong tinggi 10,2:1, sehingga bensin yang ditenggak seharusnya beroktan di atas 88.
Nah, dalam pengetesan, bensin yang dipakai sengaja dipilih premium. Asumsinya, kami tak perlu seting sana-sini. Alhasil performa dari ketiga CDI racing itu menurun dibandingkan minum pertamax. Sebab jika timing pengapian yang umumnya diseting lebih advance (maju, red) dibandingkan standar, membuat detonasi di puritan atas makin jadi. Pembakaran di ruang bakar pun kurang maksimal. Performa mesin bukannya makin baik malah drop.
Sehingga hasil tes ketiga cdi racing kurang merepresentasikan kemampuan maksimalnya. Untuk kondisi ini, modul pengapian standar lebih yahud. Naming jika penggantian CDI dibarengi penyesuaian spek hasilnya tentu kebalikannya
Tipe CDI dan Waktu tempuh (201 meter)
Standar 10,26 detik
BRT 10,77 detik
XP 202 11,01 detik
Shan speed 11,05 detik
Tes Konsumsi
Berikutnya tinggal menyinggung maksimalitas konsumsi BBM. Dalam tes ini, premium 200 ml diinfus langsung menuju karburator dan tunggangan diajak muter hingga mati karena kehabisan bensin. Perilaku pengetesan pun dibuat seragam dengan mematok kitiran mesin di 5.000 rpm dan dengan kecepatan 19-20 km/jam.
Dengan pertimbangan kompresi tinggi di Satria FU-150 dan kualitas oktan yang kurang representative, maka pembakaran jadi terlampau kering dan berindikasi ngelitik. Hal itu dialami Mr. Testo, yang bilang tunggangan terasa ndut-ndutan saat deselerasi.
Selain itu, atas pertimbangan setingan kurva pengapian yang berbeda dari kondisi standar, maka sumber pengapian akan lebih besar dan pembakaran jadi lebih sempurna. Makanya, ketiga modul pengapian menjadi jawara irit disbanding CDI bawaan standar.
Hasil tes konsumsi BBM per 200 ml
Tipe CDI - Harga - Jarak Tempuh
Standar - 4,8 Km
BRT - 350 ribu - 4,9 Km
XP 202 - 350 ribu - 4,7 Km
Shan speed - 500 ribu - 5,8 Km
Di pasaran banyak CDI pendongkrak performa Suzuki Satria FU-150. Namun di semua merk CDI yang ada, belum tentu berpihak pada akselerasi yang mumpuni. Tentu hal in juga dipengaruhi racikan yang pastinya bereda satu sama lain.
Untuk membuktikan hal itu, pengetesan dilakukan untuk menghitung akselerasi dan maksimalitas konsumsi BBM. Tapi sebelum dites, sebaiknya kenalan dulu dengan ketiga sosok CDI racing yang bakal dites, yakni BRT hyperbrand, XP 202 dan shan speed berikut ulasannya.
BRT Hyperbrand
Bikinan PT Trimentari Niaga ini bekerja dengan range gelombang yang luas dari puritan rpm rendah ke putaran tinggi. Dengan mengandalkan chip mikroprosesor Philips-Belanda, peranti pengapian ini diklaim bisa memangkas akselerasi, meningkatkan horse power hingga 20% dan menghemat BBM.
XP 202
Modul pengapian from ciomas mengedepankan teknologi LCCM ( Low Current Consumption Module Technology) sehingga arus listrik yang dibutuhkan lebih kecil, alhasil temperature CDI enggal terlalu panas dan stabil di kitiran rpm tinggi.
Shan Speed
Ini bikinan lokal juga. Namun dari pengalaman empiris 7 rekan, semua mengatakan CDI ini punya setingan kurva yang pas. Inl itu mereka rasakan lewat tarikan atas-bawah dan holangnya suara nembak-nembak saat deselarasi . makanya alat ini diikutkan dalam tes kali ini.
Tes Akselerasi
Untuk mengetahui hasil akselerasi, kami lakukakn tes jalan pakai vericom VC2000. Pengetesan dilakukan dengan menempuh distance atau jarak 201 meter yang dibejek maksimal hingga didapat waktu tempuh untuk jarak tersebut.
Dari hasi tes CDI standar mencatat waktu lebih baik dari ketiga produk rujukan untuk satria FU-150. Hal ini disebabkan rasio kompresi yang tergolong tinggi 10,2:1, sehingga bensin yang ditenggak seharusnya beroktan di atas 88.
Nah, dalam pengetesan, bensin yang dipakai sengaja dipilih premium. Asumsinya, kami tak perlu seting sana-sini. Alhasil performa dari ketiga CDI racing itu menurun dibandingkan minum pertamax. Sebab jika timing pengapian yang umumnya diseting lebih advance (maju, red) dibandingkan standar, membuat detonasi di puritan atas makin jadi. Pembakaran di ruang bakar pun kurang maksimal. Performa mesin bukannya makin baik malah drop.
Sehingga hasil tes ketiga cdi racing kurang merepresentasikan kemampuan maksimalnya. Untuk kondisi ini, modul pengapian standar lebih yahud. Naming jika penggantian CDI dibarengi penyesuaian spek hasilnya tentu kebalikannya
Tipe CDI dan Waktu tempuh (201 meter)
Standar 10,26 detik
BRT 10,77 detik
XP 202 11,01 detik
Shan speed 11,05 detik
Tes Konsumsi
Berikutnya tinggal menyinggung maksimalitas konsumsi BBM. Dalam tes ini, premium 200 ml diinfus langsung menuju karburator dan tunggangan diajak muter hingga mati karena kehabisan bensin. Perilaku pengetesan pun dibuat seragam dengan mematok kitiran mesin di 5.000 rpm dan dengan kecepatan 19-20 km/jam.
Dengan pertimbangan kompresi tinggi di Satria FU-150 dan kualitas oktan yang kurang representative, maka pembakaran jadi terlampau kering dan berindikasi ngelitik. Hal itu dialami Mr. Testo, yang bilang tunggangan terasa ndut-ndutan saat deselerasi.
Selain itu, atas pertimbangan setingan kurva pengapian yang berbeda dari kondisi standar, maka sumber pengapian akan lebih besar dan pembakaran jadi lebih sempurna. Makanya, ketiga modul pengapian menjadi jawara irit disbanding CDI bawaan standar.
Hasil tes konsumsi BBM per 200 ml
Tipe CDI - Harga - Jarak Tempuh
Standar - 4,8 Km
BRT - 350 ribu - 4,9 Km
XP 202 - 350 ribu - 4,7 Km
Shan speed - 500 ribu - 5,8 Km
Kesimpulan : Semakin binggung mau pake CDI yang mana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar